Rabu, 19 Januari 2011

Hadiah dari Tuhan

     Di sebuah desa bernama desa tunggulijo, hidup seorang kakek yang sebatang kara, namanya adalah ikman. Seperti penduduk desa pada umumnya, dia bekerja sebagai seorang petani padi dengan lahan warisan ayahnya. Hidupnya amat sangat sederhana, umtuk makan, ia menyishkan sedikit hasil panennya sebagai bahan makanan ditambah ikan hasil memancing sebagai lauk dan terkadang ia diberi makanan oleh tetangganya. Ia tidak terlalu memikirkan harta, yang terpenting baginya hanyalah agar bisa bertahan hidup dan menikmati hidupnya yang sudah 73 tahun menginjak bumi ini.

     Suatu hari, hari dimana waktunya untuk panen, kakek Ikman berangkat ke sawahnya untuk panen. setelah sampai, alangkah kagetnya kakek Ikman saat melihat padi padi yang sudah ditunggu tunggu untuk dipanen malah mengalami gagal panen. Tetapi sawah sawah milik teman petaninya yang lain sudah bisa panen. Kakek Ikman sedih sekaligus heran, mengapa hanya lahannya saja yang gagal panen. 

     "Mengapa bisa begini? lahan saya saja yang gagal panen padahal sudah diberi pestisida yang cukup dan pengairannya juga sama seperti yang lainnya." Kata kakek dalam pikirannya. "yasudahlah, mungkin ini sebuah ujian yang diberikan oleh Tuhan." lanjutnya. Sementara itu teman temannya melihat ke arah lahan kakek Ikman, "yang sabar ya man, mungkin ini sudah kehendak yang maha kuasa. mudah-mudahan panen selanjutnya kamu mendapat hasil bagus" kata salah seorang temannya.

     Kakek Ikman pulang tanpa membawa hasil panen. Karena gagal panen, ia bingung makan apa, untuk hari itu ia masih bisa makan nasi karena masih ada sisa beras sedikit dirumahnya. Tapi untuk hari hari selanjutnya, ia terpaksa memakan nasi aking atau mungkin mengharapkan belas kasihan dari teman dan tetangganya dengan memberikan makanan kepadanya. Tapi itupun tidak bisa didapatkannya tiap hari, paling hanya 4 atau 5 kali.

     Hari demi hari ia lewati dengan sabar dengan serba kekurangan, tidak punya kerabat yang bisa membantunya. Penghasilan tetangganya pun hanya cukup membiayai keluarganya masing masing, sehingga juga tidak bisa membantu kakek Ikman. Namun ia tetap hidup dan bekerja tanpa mengeluh, menanam padi padinya dengan baik agar tidak terjadi gagal panen lagi. Ia juga tidak lupa berdoa dan beribadah. "ini adalah ujian dari Tuhan, saya harus melewatinya dengan sabar dan berserah diri." bisiknya untuk memotivasi diri.

     Sudah dua minggu kakek Ikman melewati masa masa sulitnya. Dan seperti biasa ia berangkat ke sawah hendak memberi pestisida ke sawahnya. Siang harinya kakek Ikman pulang ke rumahnya yg tidak terlalu jauh itu untuk istirahat sebentar. Saat sudah sampai, ia melihat sebuah kendi besar dari keramik yang sebelumnya tidak ada dirumahnya. Ia bingung darimana asal kendi tersebut. Kakek Ikman pun keluar menanyakan kepada tetangga tetangganya, namun tidak ada yang mengakui kendi tersebut. Akhirnya kakek Ikman memutuskan untuk membuka penutup kendi itu, dan ternyata isinya adalah emas yang berlimpah! sontak kakek Ikman kaget melihatnya dan langsung menutup kembali kendinya. Dalam kebingungan Ia berdoa meminta petunjuk. "yaTuhan, milik siapakah kendi ini. berilah hambaMu petunjuk". Lalu kakek Ikman memindahkan kendi tersebut keluar agak jauh dari rumahnya. Tapi saat ia kembali, kendi tersebut tiba tiba ada muncul lagi di rumahnya. kakek Ikman mengeluarkannya lagi, namun lagi lagi kendi itu kembali ke rumah kakek Ikman.

     Kakek Ikman semakin bingung lalu ia berdoa, "yaTuhan, jika memang ini rezeki untuk hamba, berilah petunjuk kepada hambamu ini". Beberapa saat kemudian penutup kendi itu tebuka dengan sendirinya lalu kendi tersebut bergetar cukup lama.Kakek Ikman agak ketakutan tapi ia memberanikan diri mengambil satu batang emas, saat itulah kendi berhenti bergetar. Kakek Ikman merasa yakin bahwa ini memang sebuah Hadiah dari Tuhan, Hadiah atas kesabarannya melewati ujian ujian yang diberikan kepadanya. "terimakasih Tuhan, atas rezeki berlimpah yang kau berikan ini! terimakasih, hamba sangat bersyukur". ucapnya penuh rasa syukur.

     Akhirnya sekarang kakek Ikman tidak hidup susah lagi, tapi ia tetap mempertahankan kesederhanaannya dan tidak sombong, malah semakin rendah hati. Ia tetap bekerja sebagai seorang petani, tidak bermalas malasan. Bahkan sekarang kakek Ikman menjadi seorang dermawan di desanya.

--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--_--


bingung kan gua bikin cerpen yg serius? ini buat tugas bahasa Indonesia di sekolah gua, iseng aja post di blog.
iya gua tau ceritanya menyayat hati *gubrak tapi gausah sampe mangap gitu juga


wassalamualaikum wr. wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar